Fastest way to know about me

Akhir Nanti

Dan baru saja, aku meng-amin-kan salah satu hal yang paling kuinginkan di dunia ini untuk dimiliki orang lain. Sedih? Tidak. Sedih? Tidak. Sedih? Baiklah, iya, sedih.

Memang apa salahnya kalau memang benar kamu hanya titipan sementara untukku? Memang apa salahnya kalau aku harus berteman dengan sepi setelah semua bahagia ini?

Aku bukan tanggung jawabmu untuk dibahagiakan, tapi kamu melakukannya. Kamu bukan hakku untuk berbagi duka, semoga aku tidak melakukannya.

Semoga kelak kita berpisah dalam bahagiamu, dalam aminku yang terwujud. Semoga tak perlu tangismu untuk melepas kepergian kita masing masing.

Biggest Fan.

And then, the greatest heartbreak is coming soon. But, its not enough to kill me. I should be ready for dying bruh.

Semoga waktu penitipan ini lebih lama dari yang seharusnya, atau pemilikmu lupa untuk mengambilmu, dariku.

How Long is Now

Tiba tiba kamu terdiam, lalu menangis. Dalam pelukanku semalam kemarin. Aku, pun juga terdiam. Diantara diam, air matamu mulai tak bisa dihapus dengan satu usapan jari.

Kita bego ya..” kalimat pembuka setelah tangismu yang aku iyakan. Kami, sama sama tau kemana perahu kami akan berlabuh masing masing. Tapi siapa mampu membohongi hati? Aku pun kamu tidak berencana sedekat ini, tapi semesta menuntun kita ke jalan ini.

Kita tak semestinya berpijak, diantara ragu yang tak berbatas. Seperti berdiri, ditengah kehampaan mencoba untuk membuat pertemuan cinta. Mungkin bukan waktunya berbagi pada nestapa, atau mungkin kita yang tak kunjung siap.

Kelak, setidaknya, kita pernah mencoba  berjuang terlepas dari kehampaan ini. Meski hanyalah dua cinta yang tak tau entah akan dibawa kemana.

Bertiup tak berarah, berarah ke ketiadaan, akankah bisa bertemu kelak di dalam perjumpaan abadi?

Tidak ada pertemuan tanpa ujian, hanya mungkin tidak semua ujian harus terlewati. Berharap pada keputusasaan, sembari menikmati sisa waktu yang ada. Memang benar adanya semua menjadi lebih berarti karena tidak abadi.

Pada perpisahan kita, aku tidak takut pada sepi yang pasti datang setelahnya, tapi aku takut suatu saat aku harus menyayangi seseorang yang itu bukan kamu. Haha? Bagaimana kalau hidup untuk sekarang saja?

Seberapa lama ‘sekarang‘ yang masih bisa kita nikmati? Apakah ‘sekarang‘ ini akan berlangsung selamanya?

Malam yang Kucuri

Everything is gonna be okay.

Kataku pada setiap masalah yang kadang sebenarnya sudah jelas jelas tidak akan baik baik saja.

Dan, sampai sekarang aku masih hidup, masih bisa menjalani hari. Bahkan pada setiap waktu yang kucuri dari orang orang yang seharusnya tak membagi waktunya untukku, masih bisa aku jalani.

Ternyata memang manusia tidak sepenuhnya dari debu dan berakhir debu, ada yang dari debu dan berakhir bedu, dan ada yang dari orang asing dan berakhir orang asing, walau pernah sedekat nadi yang denyutnya membawa semangat.

Kalau memang benar aku masalahmu, katakan saja, aku pun akan mengambil sikap yang lebih baik daripada saat ternyata ada masalah yang lebih daripada aku.

Sekarang, semua sudah kembali seperti semula. Kamu kuat seperti seharusnya, kamu kuat seperti saat kita masih saling bertatap tanpa tau nama satu sama lain. Tulisanmu bagus, berkarakter, seperti seharusnya. Ternyata kamu salah, bukan aku yang dapat menenangkanmu, tapi kamu tidak perlu ditenangkan. Kamu sekuat kamu seperti seharusnya, aku hanya multivitamin yang sejatinya kamu tidak perlu.

Semua sudah membaik, walaupun tidak berjalan dengan baik. Maaf untuk tidak bisa mengucapkan terimakasih dengan seterimakasihnya. Semoga kamu, keluargamu, dan teman temanmu selalu menjadi lebih baik. Everything is gonna be okay.

6 Mei 2018,

Dalam waktu senggangku menanti delay penerbangan di Juanda.

Sejenak

Kapal sekelas Titanic, hancur karena lengah pada gunung es. Bukan, bukan gunungnya yang menghancurkan, tapi apa yang ada dibawah permukaan laut yang melakukannya. Dan yang orang orang pedulikan hanya kapal sekelas Titanic ternyata bisa hancur.

Dan setelah beberapa kisah setahun yang lalu, entah jenuh entah apa, aku memilih berhenti memandang gunung es. Aku menutup diri untuk mengerti siapa aku ini, untuk apa dan bagaimana aku akan menjadi diriku?

Beberapa hal aku sudah paham, siapa aku yang sebenarnya. Seseorang yang sama sekali tidak baik hatinya, namun peduli dengan sosial yang bukan lingkungannya. Atau, aku masih aku yang tidak mengerti aku.

Tidak ada start kedua untukku, aku harus memulai semua dari awal dengan keadaan yang sudah benar benar tidak awal. Bagaimana mungkin?

Aku ingin benar benar mempersiapkan semuanya, mana yang berjanka dekat, mana yang berjanka cukup jauh, agar tidak ada lagi yang merugi karenaku. Entah merugi dalam wujud apapun.

Untuk kalian semua, biar aku diam dibalik kaca satu arah. Memandang dan menimbang apa yang harus aku lakukan dan tidak lakukan. Mungkin tidak sebentar, tapi aku berharap akan berguna bagi masa depan.

Akhir kata, terimakasih.